Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya
Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah, Dinas terkait, Pemerintah Daerah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan, Sarana dan prasarana, Lingkungan alam.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Ada tujuh asset yang dimiliki oleh sekolah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang keberlangsung saat proses belajar di sekolah, yaitu :
- Modal Manusia
- Modal fisik
- Modal sosial
- Modal agama dan budaya
- Modal politik
- Modal lingkungan/alam
- Modal finansial
Bagaiam cara mengimplementasikannya?
Ketika pembelajaran di kelas memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan asset yang ada di sekolah agar dapat menunjang pembelajaran yang berpihak pada murid dan lebih berkualitas. Ketika pembalajaran memanfaatkan asset yang kita punya maka akan terciptanya suatu pembelajaran yang bervariasi dan inovatif. Kemudian, cara mengimplementasikan di sekolah adalah berdiskusi dengan guru mengenai pentingnya pendekatan berbasis asset dan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pengimplementasian di Masyarakat dengan cara berkolaborasi dengan Masyarakat di sekitar agar ikut serta mendukung terciptanya ekosistem sekolah yang berkaulitas dan berpihak pada murid.
Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Pengelolaan sumber daya tepat dapat mendorong pada proses pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas dan inovatif sehingga menghasilkan murid yang berkarakter. Dan dalam pengelolaan yang tepat merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik akan berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan sekolah yang kondusif dari segi sosial atau politik akan menciptakan pembelajaran yang aman, nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber day aini sebagai asset sekolah yang bisa digunkana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sehingga menghasilkan lulusan yang baik.
Contoh yang yang paling dekat adalah modal manusia sebagai sumber daya utama yaitu guru dan tenaga kependidikan. Sebagai dalah satu modal yang langsung berhubungan pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas. Sekolah dapat memotivasi guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri. Seperti seminar, bimtek, IHT, Workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi peningkatan kualitas guru.
Hubungan modul pemimpin pengelolaan sumber daya dengan modul lainnya.
Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara mengakatan kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota Masyarakat. Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa melakukan pembelajaran yang meneyenagkan dan berpihak pada murid.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajaran di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tujuan Pendidikan.
Modul 1.3 Visi Guru Pengegrak, Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki visi dalam mendidik muridnya. Dalam melaksanakanvisi itu sebagaiknya guru juga memanfaatnkan asset yang dipunyai sehingga memaksimalkan pembelajaran.
Modul 1.4 Budaya Positif, salah satu asset yang penting dalam sekolah yaitu agama dan budaya. Budaya positif mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusiakan manusia dengan menerapkan disiplin positif.
Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi, adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai dengan kesiapan belajar murid. Jika dalam pelaksanaannya ini menggunakan asset yang dimiliki oleh sekolah maka akan sangat bagus dalam proses dan hasil pembelajarannya.
Modul 2.2 Pembelajaran sosial Emosional, Meruapakan startegi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan pengelolaan mengenai aspek sosial emosional. Hal ini akan berkaitan dengan bagaimana aspek ini kita gunakan dalam pengelolaan sumber daaya yanga da di sekolah.
Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Coaching merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri anak dengan menuntun dan menggali potensi yang dimilikinya.
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan pengambilan sebuah Keputusan. Baik untuk dilemma etika atau bujukan moral. Dlam pengelolaan sumber daya ini juga dibutuhkan keterampilan dari seorang pemimpin dalam mengambil Keputusan.
Sebelum mempeleajari modul 3.2 ini, terkadang berpikir tentang kekurangan yang ada di sekolah. Hal ini membuat dalam pengambilan keputusan sering menjadi pesimis, keraguan. Sehingga melupakan bahwa ada banyak asset yang bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Setelah mempelajari modul ini, wawasan dan pola piker dalam menghadapi suatu masalah menjadi lebih terbuka. Ternyata menjadi seorang pemimpin harusnya berpikir dengan kekuatan asset yang dimiliki sekolah dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya yang ada di sekolah atau lingkungannya.